Ibis Karau Terancam Punah
Lagi-lagi dengan berkurangnya luasan lahan basah membuat salah satu burung khas Indonesia mulai sedikit habitatnya. Ialah burung Ibis Karau atau dalam bahasa latin (Pseudion Davisoni) yang kini terancam punah. Bahkan suatu lembaga Badan Konservasi Dunia yakni International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan status kritis. Ini artinya burung Ibis adalah satwa yang terancam akan mengalami kepunahan. Dengan populasinya hingga kini sekitar 30 hingga 100 ekor dan globalnya hingga 650 individu dewasa membuat burung ini akan terus menurun. Populasinya lebih banyak berada di kalimantan Timur. Secara global, burung ini dulunya terdapat di China bagian barat daya. Sementara di Kamboja dan Laos populasinya juga sangat terbatas. Sungguh sangat menghawatirkan.
Burung cantik ini memiliki ciri khas yang unik, berkepala botak dengan sayap dan ekornya mengkilap serta menyenangi daerah perairan dan hutan rawa. Ukuran tubuh burung Ibis karau 75 centimeter dan hidup di lahan basah. Jika dikelompokan, Ibis karau masuk dalam suku Threskiornithidae yang mirip dengan burung Bangau. Namun burung Ibis Karau badannya lebih kecil dan paruhnya lebih sesuai menghantam lumpur daripada mangsa. Burung Ibis Karau mempunyai kebiasaan seperti Ibis Rokoroko atau Plegadis Falcinelus, yakni sering hidup dalam kelompok kecil.
Penyebab yang tak lain mengurangi populasinya ialah fungsi lahan menjadi daerah pertanian dan permburuan. Burung ini sebagai salah satu jenis burung langka di dunia. Dengan ancaman seperti itu, akhirnya burung ini masuk dalam satwa yang dilindungi dari tindakan kriminal seperti pemburuan oleh orang-orang yang hanya mementingkan uang. Burung ini membuktikan indikator aslinya kualitas lingkungan yang alami dengan ragam jenis burung air yang datang di pesisir dan lautan basah.
Sebagai penduduk bumi, kesadaran kita sangat penting. Apalagi untuk pihak terkait yang mampu mengambil sebuah keputusan dan tindakan agar bisa menyelamatkan burung ini dari ancaman pembunuhan dengan perhatian yang serius. Perlu adanya pengelolaan yang harus diintregasikan secara holistik dan tentu dibarengi pengawasan yang ketat. Hilangnya lahan basah jangan sampai mempengaruhi ragam fungsi ekologi dan ekosistem yang jsutru akan mendapat kerugian manusia sendiri dengan hilangnya keanekaragaman satwa-satwa yang sama haknya hidup nyaman seperti kita.
PERHATIAN:
Dilarang keras menyalin artikel ini tanpa seijin pemilik blog. Beri link aktif apa bila memposting ulang artikel ini. Hargailah karya para penulis. Lebih baik punya tulisan jelek dgn hasil karya sendiri dari pada tulisan bagus tapi hasil jiplak orang lain. STOP PIRACY!
Popular Posts
-
Cirebon, selain dijuluki sebagai kota Udang dan kota Wali ternyata kota yang berada di timur Jawa Barat ini memiliki beberapa budaya kese...
-
Pertandingan klub kelas dunia saat AC Milan melawan Barcelona. Tersorot dua pemain hebat. Bagaimana jadinya jika pemain bertahan dan pemain...
-
foto: The Guardian Semua pecinta sepakbla, tentu tahu pemain satu ini yang akan saya bahas. Di eranya, ia menjadi ikon yang sangat...
-
Lagi-lagi dengan berkurangnya luasan lahan basah membuat salah satu burung khas Indonesia mulai sedikit habitatnya. Ialah burung Ibis Kar...
-
Foto-foto luar biasa saat AC Milan berhasil melakukan misi balas dendam 2005. Kini, bertemu lagi di final dengan raksasa Inggris, Liverpo...