foto: burunggacor.com |
Pada beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis manfaat
menanam pohon. Kali ini masih ada kaitannya dengan pepohonan, namun dengan satu
satwa yang unik, indah, lucu dan satu dari banyaknya sebuah kekayaan fauna di negeri ini. Penting,
melestarikan pohon itu perlu dilakukan bukan hanya bagi kepentingan manusa
semata. Tetapi juga mahluk lain lebih tepatnya satwa yang akan saya bahas kali
ini. Dia adalah si Kakatua Sumba atau dalam bahasa latin Cacatua Sulphurea
Crtinocristata.
Kakatua Sumba adalah jenis burung Kakatua yang hanya bisa
ditemukan Sumba. Burung ini terasa menggemaskan karena memiliki rambut uniknya
yang berwarna oranye dan bergaya jambul. Dia menggantungkan hidupnya di pohon
hutan primer dan sekunder. Pepohonan yang saya maksud diawal tulisan ialah
pohon Nggoka atau dalam bahasa latin Chisocheton Sp. Satu lagi pohon Marra atau
bahasa latinnya Tetrameles Nudiflora. Ternyata dua pohon yang dimaksud
merupakan tempat favorit si burung jambul oranye tersebut. Pohon tersebut dapat
tumbuh besar dan menjulang serta
mempunyai kandungan air yang tidak terlalu tinggi. Burung Kakatua Sumba sangat
nyaman tinggal di dua pohon tersebut.
foto: wikimedia
Amat disayangkan jumlah pohon Nggoka dan Marra terus berkurang. Ini jelas berdampak pada kehidupan si kaktua Sumba. Kini, ia menghadapi kesulitan dalam berkembangbiak. Pohon-pohon tersebut sangat menetukan penetasan telur yang hanya berjumlah 2 sampai 3 tiap reproduksi. Bisa kita bayangkan betapa sedihnya dan begitu kehilangannya si jambul oranye tanpa tempat tinggal yang senyaman pohon Nggoka dan Marra. Bagaimana rasanya jika hal demikian terjadi pada manusia yang kehilangan tempat tinggalnya? Ulah manusia memang tidak memiliki perasaan sesama mahluk hidup termasuk dengan si jambul oranye tersebut.
Sangat menyedihkan jika Kakatua Sumba kini harus bersaing dengan spesies burung bangkok lain. Ada burung Nuri Bayan (Electus Roratus) dan Betet Kelapa Paruh Besar (Tanygnathus Megalorynchos). Perlahan, keberadaan burung Kakatua Sumba makin menurun karena kondisi lingkungannya yang kurang mendukung reproduksi. Kini jumlah si burung gagah itu hanya sekitar 500 ekor. Ternyata dengan menurunnya lingkungan yang kurang mendukung, malah dimanfaatkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dengan berburu dan dijual kepada kolektor burung, ini merupakan tindakan kriminal karena memlihara satwa langka yang jelas dilindungi oleh hukum Indonesia.
Mari kita lebih peduli lagi dengan lingkungan hutan di Indonesia dengan tidak merusaknya. Biarkan hutan kita tumbuh lebat sehingga bisa dinikmati manfaatnya bukan hanya oleh satwa-satwanya, tetapi juga bisa dinikmati manusia karena bisa membantu mengurangi pemanasan global dan sebagai penambah sumber mata air di pegunungan. Banyak pohon, udara pun semakin sehat.
PERHATIAN:
Dilarang keras menyalin artikel ini tanpa seijin pemilik blog. Beri link aktif apa bila memposting ulang artikel ini. Hargailah karya para penulis. Lebih baik punya tulisan jelek dgn hasil karya sendiri dari pada tulisan bagus tapi hasil jiplak orang lain. STOP PIRACY!